Penarik perahu eretan tak kenal lelah demi anak dan istri
Dadang (42), Lope (36) dan Wawan (26) siang itu di sekitar Kali Kapuk Muara menunggu warga yang ingin menyeberang dengan perahu eretan yang sudah mereka sewa. Mereka tak boleh
bermalas-malas karena punya beban membagikan pendapatan sebesar 30
persen ke pemilik perahu.
Ketiga penarik perahu eretan ini mulai bekerja sejak pukul 04.00 WIB, sampai menjelang malam pukul 23.00 WIB. Tak kenal letih, ketiganya saling bergantian melintas kali sepanjang 50 meter dengan menarik tambang yang berada di atas perahu eretan.
"Kita mulai kerja jam 4 pagi sampai jam 11 malam untuk menyeberangi warga di sini yang bekerja dan anak-anak sekolah," ujar Dadang saat berbincang dengan merdeka.com
Tidak
seperti alat transportasi lainnya yang mematok tarif dengan nominal
tinggi, mereka hanya membebankan ongkos Rp 2.000 untuk sekali
menyeberang. Umumnya warga yang menyeberang memiliki tujuan Muara Baru,
Jembatan Tiga dan Muara Angke.
"Sebenarnya kami enggak matok Rp 2.000, terkadang ada warga yang kasih segitu, ada juga yang kasih rokok dan ada juga yang enggak kasih. Tapi khusus anak sekolah kami gratisin," kata Dadang.
Dari segi penghasilan, Dadang tak mengakui tak menentu. Katanya, cuaca sangat mempengaruhi pendapatannya.
Bila cuaca cerah atau musim kemarau dirinya bisa pulang dengan uang Rp 350 ribu. Namun bila musim hujan tiba, dirinya harus berlapang dada hanya membawa duit Rp 50 ribu sehari.
"Kalau kerja beginian mah enggak nentu dapatnya berapa, kalau lagi musim kemarau baru lumayan bisa Rp 350 ribu disetorin dulu ke bos (pemilik perahu eretan) sebesar Rp 100 ribu sehari, nah sisanya kita bagi 3 sama teman," jelas Dadang yang mempunyai 5 orang anak tersebut.
Ketiga penarik perahu eretan ini mulai bekerja sejak pukul 04.00 WIB, sampai menjelang malam pukul 23.00 WIB. Tak kenal letih, ketiganya saling bergantian melintas kali sepanjang 50 meter dengan menarik tambang yang berada di atas perahu eretan.
"Kita mulai kerja jam 4 pagi sampai jam 11 malam untuk menyeberangi warga di sini yang bekerja dan anak-anak sekolah," ujar Dadang saat berbincang dengan merdeka.com
![]() |
Penarik perahu eretan |
"Sebenarnya kami enggak matok Rp 2.000, terkadang ada warga yang kasih segitu, ada juga yang kasih rokok dan ada juga yang enggak kasih. Tapi khusus anak sekolah kami gratisin," kata Dadang.
Dari segi penghasilan, Dadang tak mengakui tak menentu. Katanya, cuaca sangat mempengaruhi pendapatannya.
Bila cuaca cerah atau musim kemarau dirinya bisa pulang dengan uang Rp 350 ribu. Namun bila musim hujan tiba, dirinya harus berlapang dada hanya membawa duit Rp 50 ribu sehari.
"Kalau kerja beginian mah enggak nentu dapatnya berapa, kalau lagi musim kemarau baru lumayan bisa Rp 350 ribu disetorin dulu ke bos (pemilik perahu eretan) sebesar Rp 100 ribu sehari, nah sisanya kita bagi 3 sama teman," jelas Dadang yang mempunyai 5 orang anak tersebut.